Rabu, 25 Juni 2014

Kenapa "harus" Menulis?


Bacalah, maka anda akan mengenal dunia. Tetapi, menulislah, maka dunia akan mengenal anda.
-Jusuf Kalla

Pertanyaan ini bukan pertanyaan pertama yang muncul begitu saja. Sudah sejak lama. Di semester 2, ketika saat itu saya mengikuti kegiatan pembinaan. Disana kami dituntun menulis, sekedar tulisan singkat, essay, hingga proposal program. Saat itu menulis bukanlah hal yang gampang, mengingat saya memang jarang menulis. Tetapi menjadi mudah ketika dipaksa atau lebih tepatnya terpaksa. Haha. Tapi sekarang, apa kabarnya? Masih rajin menuliskah? Atau masih mau menuliskan?

Pertanyaan itu muncul lagi. Muncul sejak melongok kembali tumblr yang sudah dibuat 2 tahun lalu, tetapi ternyata tidak berisi. Isinya hanya sekedar curhatan atau repost postingan yang ada. Terlalu menikmati tulisan-tulisan yang ada di tumblr. Terlena dengan kemampuan menulis orang lain. Tanpa sadar saya hanya menjadi penikmat tulisan saja.
Banyak orang yang menurut saya begitu mudah menulis, sebut saja Mas G, beliau produktif sekali dalam menulis, minimal setiap minggu pasti postingannya muncul di dashboard tumblr, atau adalagi teman saya Kak H yang juga bisa dengan mudah menuliskan ceritanya.  Mereka menulis untuk berbagi pemikirannya  atau sekedar berbagi cerita. 

Dan untuk kesekian kalinya pertanyaan itu muncul lagi. “Kenapa “harus” menulis?.
Jawabannya tentu banyak alasan untuk menulis.

Menulis sama dengan bercerita, bercerita sama dengan berbagi. Banyak hal yang setiap harinya kita alami, baik buruk, susah senang. Semuanya mengandung banyak pelajaran. Dengan menulis kita bisa membagikan cerita kita. Beruntunglah orang yang bisa mengambil pelajaran dan membagikan ceritanya. Maka, menulis adalah cara kita untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.

Menulis itu bebas. Kita bebas berangan, berimajinasi, dan kita membebaskan pikiran kita. Menulis bisa menumpahkan apapun ganjalan di hati dan pikiran. Membebaskan ekspresi

Dan, ada hubungan timbal balik antara membaca dan menulis. Kita bisa banyak menulis jika kita banyak membaca. Ibarat kata butuh asupan gizi yang lengkap untuk bisa menulis. Asupan gizi ini bisa berbagai macam, mulai dari artikel sampai buku.

Alasan sederhana lainnya saya pelupa. Saya menulis untuk merapikan kenangan, agar tidak banyak kenangan yang terlupa.

Yeaay!
Jadi, mari menulis.
Mari merangkai huruf pada setiap kata.
Merangkai kata dalam frasa.
Merangkai frasa dalamkalimat.
Merangkai kalimat dalam paragraph.
Merangkai paragraph dalam cerita.
Mari merangkai cerita dalam kenangan. 


Photo didapat dari sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar